Pandangan
Deming, Crosby, dan Juran dalam buku TQM (Edward Salis) tentang Kualitas
A. Pandangan
Deming.
Deming
(1986) menyatakan bahwa implementasi konsep mutu dalam sebuah organisasi
memerlukan perubahan dalam filosofi yang ada di sekitar manajemen. Deming
mengusulkan empat belas butir pemikiran yang dapat dipergunakan untuk
meningkatkan mutu dan produktivitas suatu organisasi juga dalam bidang
pendidikan. Keempat belas butir pemikiran tersebut adalah:
1) Ciptakan
Tujuan yang Mantap Demi Perbaikan Produk dan Jasa
Sekolah memerlukan adanya
tujuan akhir yang mampu mengarahkan siswa menghadapi masa depan secara mantap.
Jangan membuat siswa sekedar memiliki nilai bagus tetapi juga harus mampu
membuat siswa memiliki kemauan belajar seumur hidup.
2) Adopsi
Filosofi Baru
Siswa berhak mendapatkan
pembelajaran yang berkualitas. Dengan kata lain, mereka tidak lagi sebagai
siswa yang pasif dan rela diperlakukan seburuk apapun tanpa dapat berkomentar.
3) Hentikan
Ketergantungan pada Inspeksi Masal
Dalam bidang pendidikan,
evaluasi yang dilakukan jangan hanya pada saat ulangan umum ataupun ujian
akhir, tetapi dilakukan setiap saat selama proses belajar mengajar berlangsung.
Selain itu, dalam menetapkan standar uji, maka perlu diperhatikan teoriteori kepemimpinan
yang berkembang dalam Total Quality Management dan lainnya, seperti teori
sifat, teori lingkungan, teori perilaku, teori humanistik, dan teori
kontigensi.
4) Akhiri
Kebiasaan Melakukan Hubungan Bisnis Hanya Berdasarkan Biaya
Dalam
bidang pendidikan pernyataan di atas terutama dikaitkan dengan biaya pendidikan
yang ada hubungannya dengan perbandingan junlah guru dan murid pada satu
ruangan/kelas. Kelas besar memang akan membuat sekolah tersebut melakukan
penghematan biaya, tetapi mutu yang dihasilkan tidak terjamin dan bukan tidak
mungkin terjadi peningkatan biaya di bagian lain pada system tersebut.
5) Perbaiki
Sistem Produksi dan Jasa Secara Konstan dan Terus Menerus
Dalam bidang pendidikan seorang
guru harus berpikir secara strategic agar siswa dapat menjalani proses belajar
mengajar secara baik, sehinggamemperoleh nilai yang baik pula. Guru
jangan hanya berpikir bagaimana siswamendapatkan nilai yang baik.
6) Lembagakan
Metode Pelatihan yang Modern di Tempat Kerja
Hal ini
perlu dilakukan agar terdapat kesamaan dasar pengetahuan bagi semua anggota
staf dalam suatu lembaga pendidikan. Setelah itu barulah guru dan administrator
mengembangkan keahlian sesuai yang diperlukan bagi peningkatan profesionalitas.
7) Lembagakan
Kepemimpinan
Kepemimpinan
(leadership) berbeda dengan pemimpin (leader). Kepemimpinan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok dengan maksud mencapai
suatu tujuan yang dinginkan bersama. Sedangkan pemimpin adalah seseorang atau
sekelompok orang seperti kepala, komandan, ketua dan sebagainya. Dari beberapa
definisi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan itu adalah suatu proses
mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam situasi tertentu untuk
mencapai tujuan bersama.
8) Hilangkan
Rasa Takut
Perlu
disadari bahwa rasa takut menghambat karyawan untuk mampu mengajukan
pertanyaan, melaporkan masalah, atau menyatakan ide padahal itu semua perlu
dilakukan untuk menghasilkan kinerja yang maksimum. Oleh karena itu para pelaku
pendidikan hendaknya jangan menerapkan system imbalan dan hukuman kepada siswa
karena akan menghambat berkembangnya motivasi internal dari siswa
masing-masing.
9) Pecahkan
Hambatan di antara Area Staf
Hambatan
antardepartemen fungsional berakibat menurunkan produktivitas. Hambatan ini
dapat diatasi dengan mengembangkan kerjasama kelompok. Oleh karena itu para
anggota staf harus bekerjasama dan memprioritaskan diri pada peningkatan
kualitas.
10) Hilangkan
Slogan, Nasihat, dan Target untuk Tenaga Kerja
Perbaikan
secara berkesinambungan sebagai sasaran umum harus menggantikan simbol-simbol
kerja.
11) Hilangkan
Kuota Numerik
Kuota
cenderung mendorong orang untuk memfokuskan pada jumlah sering kali dengan
mengorbankan mutu. Terlalu banyak menggunakan slogan dan terlalu berpatokan
pada target dapat menimbulkan salah arah untuk pengembangan sistem yang baik.
Tidak jarang patokan terget akan lebih terfokus pada guru dan siswa daripada
sistem secara keseluruhan.
12) Hilangkan
Hambatan Terhadap Kebanggaan Diri atas Keberhasilan Kerja
Kebanggaan
diri atas hasil kerja yang dicapai perlu dimiliki oleh guru dan siswa. Adanya
kebanggaan dalam diri membuat guru dan siswa bertanggungjawab atas tugas dan
kewajiban yang disandangnya sehingga mereka dapat menjaga mutu.
13) Lembagakan
Program Pendidikan dan Pelatihan yang Kokoh.
Hal ini
berlaku bagi para pelaku pendidikan karena memiliki dampak langsung terhadap
kualitas belajar siswa.
14) Lakukan
Tindakan Nyata/ Contoh Nyata
Manajer
harus menjadi”lead manager” bukan “boss manager”. Seorang “lead manager” akan
berusaha mengkomunikasikan pandangannya selalu berusaha mengembangkan
kerjasama, meluangkan waktu dan tenaga untuk system sehingga dengan adanya
contoh nyata, pekerja menyadari cara untuk melakukan pekerjaan yang
berkualitas.
B. Pandangan
Crosby.
Menurut
Crosby, kemutlakan bagi kualitas adalah:
1) Kualitas
harus disesuaian sebagai kesesuaian terhadap kebutuhan-kebutuhan, bukan sebagai
kebaikan, juga bukan keistimewaan,
2) Sistem
untuk menghasilkan kualitas adalah pencegahan bukan penilaian,
3) Standar
kerja harus tanpa cacat, bukan “cukup mendekati tanpa cacat”,
4) Pengukuran
kualitas merupakan harga ketidaksesuaian, bukan pedoman.
Karena itu, menurut tokoh yang sangat terkemuka dengan gagasan kualitas ini,
bahwa manajemen adalah penyebab setidak-tidaknya 80 % masalah-masalah kualitas di
dalam organisasi. Karena itu, satu-satunya jalan memperbaikinya adalah melalui
kepemimpinan manajemen.
5) Crosby memberikan
“vaksin kualitas” (Quality vaccine), yaitu:
6) Tujuan:
manajemen merupakan satu-satunya alat yang akan mengubah citra organisasi,
7) Pendidikan:
membantu semua komponen organisasi mengembangkan satu pengertian umum tentang
kualitas dan memahami peran mereka masing-masing di dalam proses perbaikan
kualitas,
8) Penerapan:
membimbing dan mengarahkan program perbaikan.
9) Chosby
mengidentifikasi empat belas tahapan mencapai zero defects yang melibatkan
pentingnya kelompok kualitas, pengukuran kualitas yang ada, mengestimasi biaya
kualitas, mengeliminasi kesalahan dan proses pengerjaan ulang.
C. Pandangan
Juran.
Adapun
karakteristik Total Quality Manajement (TQM) menurut Joseph M. Juran adalah
meliputi;
1) Kualitas
menjadi bagian dari setiap agenda managemen
2) Sasaran
kualitas dimasukkan dalam rencana bisnis.
3) Jangkauan
sasaran diturunkan dari benchmarking: fokus adalah pada pelanggan dan pada
kesesuaian kompetisi, di sana adalah sasaran untuk peningkatan
kualitas tahunan.
4) Sasaran
disebarkan ke tingkat yang mengambil tindakan.
5) Pelatihan
dilaksanakan pada semua tingkat.
6) Pengukuran
ditetapkan seluruhnya.
7) Manajer
teratur meninjau kembali kemajuan dibandingkan dengan sasaran.
8) Penghargaan
diberikan untuk performansi terbaik.
9) Sistem
imbalan (reward system) diperbaiki
Trilogi
Kualitas (The Quality Trilogy)
1) Perencanaan
Kualitas (quality planning)
Quality
planning, suatu proses yang mengidentifikasi pelanggan dan proses yang akan
menyampaikan produk dan jasa dengan karakteristik yang tepat dan kemudian
mentransfer pengetahuan ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan
pelanggan.
· memenuhi
kebutuhan pelanggan/konsumen
· tentukan
market segment (segmen pasar) produk
· mengembangkan
karakteristik produk sesuai dengan Permintaan konsumen
· mengembangkan
proses yang mendukung tercapainya karakteristik produk
2) Pengendalian
Kualitas (quality control)
Quality
control, suatu proses dimana produk benar-benar diperiksa dan dievaluasi,
dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para pelanggan.
Persoalan yang telah diketahui kemudian dipecahkan, misalnya mesin-mesin rusak
segera diperbaiki.
· mengevaluasi
performa produk
· membandingkan
antara performa aktual dan target
· melakukan
tindakan jika terdapat perbedaan/penyimpangan
3) Perbaikanan
Kualitas (quality improvement)
Quality
improvement, suatu proses dimana mekanisme yang sudah mapan dipertahankan
sehingga mutu dapat dicapai berkelanjutan. Hal ini meliputi alokasi
sumber-sumber, menugaskan orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu, melatih
para karyawan yang terlibat dalam proyek mutu dan pada umumnya menetapkan suatu
struktur permanen untuk mengejar mutu dan mempertahankan apa yang telah dicapai
sebelumnya.
· mengidentifikasi
proyek perbaikan (improvement)
· membangun
infrastruktur yang memadai
· membentuk
tim
· melakukan
pelatihan-pelatihan yang relevan
· cara
penanggulangan masalah
· cara
mencapai target sasaran