Tuesday, October 27, 2015

BERSAING DALAM KEBERSAMAAN

BERSAING DALAM KEBERSAMAAN

            Lebih dari sepuluh pedagang rujak manis berjajar-jajar di tepi sebuah jalan raya ramai. Setiap ada kendaraan yang menepi mereka berdiri menjajakan dagangannya. Ketika kendaraan itu berhenti di salah satu pedagang, yang lain kembali duduk tanpa kehilangan harapan. Beberapa tahun lalu hanya satu dua saja pedagang yang menggelar rujak manisnya di sana. Kini jalan itu dikenal dengan nama jalan rujak manis.

            Wahai pedagang, tidakkah dengan demikian kalian bersaing ketat satu sama lainnya? Salah seorang pedagang menjawab, “Ah, mengapa kami harus menganggap yang lain sebagai pesaing? Setiap pagi dan petang kami sama-sama mendorong rombong datang dan pergi di jalan ini. Bahkan setiap saat kami bisa saling bertukar-tukar buah bila ada yang membutuhkan.

            Kami dikenal karena beramai-ramai berdagang di jalan ini. Pedang yang lebih suka berdagang sendiri di tempat lain lebih sulit mendatangkan pembeli. Kami menyebutnya bersaing dalam kebersamaan.”


Sumber :unknown

Tags >>  Kumpulan Cerita Motivasi,   Cerita Motivasi,   Kesabaran

TEMPLATE FRAME PSD

Tuesday, October 13, 2015

FRAME PSD 001

Template Wedding

Monday, October 5, 2015

PATTERN PHOTOSHOP

Sunday, October 4, 2015

ACTION PHOTOSHOP

Saturday, October 3, 2015

BAHAGIA ADALAH PILIHAN

       
Suatu ketika istri John Maxwll (pembicara dan motivator top), Margaret, sedang menjadi pembicara disalah satu sesi seminar tentang kebahagiaan. Dan diakhir sesi, semua pengunjung bertepuk tangan. Disesi tanya jawab itu, setelah beberapa pertanyaan, seorang ibu mengacungkan tangan untuk bertanya.

            Setelah diberi kesempatan, ibu bertanya, “Miss Margaret, apakah suami Anda membuat Anda bahagia?”

            Seluruh ruangan langsung terdiam. Sebuah pertanyaan yang sangat bagus. Dan semua peserta penasaran menunggu jawaban.


            Margaret tampak berpikir beberapa saat dan kemudian menjawab “Tidak.”
            Seluruhh ruangan langsung terkejut.

            “Tidak.” Katanya sekali lagi. “John Maxwell tidak bisa membuatku bahagia.”

            Seisi ruangan langsung menoleh ke arah Maxwell yang juga menoleh-noleh mencari pintu keluar. Rasanya, ia ingin cepat-capat keluar dari ruangan itu (mungkin karena malu).

            Kemudian, lanjut Margaret, “John Maxwell dalah seorang suami yang sangat baik. Ia tidak pernah berjudi, mabuk-mabukan, atau main serong. Ia setia, selalu memenuhi kebutuhan saya, baik jasmani maupun rohani. Tapi tetap Ia tidak bisa  membuatku bahagia....”

            Tiba-tiba ada suara bertanya, “Mengapa?”

            “Karena,” jawabnya, “tidak ada seorang pun di dunia ini yang bertanggung jawab atas kebahagiaanku, selain diriku sendiri.”

            Dengan kata lain, maksud dari Margaret adalah tidak ada orang lain bisa membuatmu bahagia. Baik itu pasangan hidupmu, sahabatmu, uengmu, bahakan hobimu. Semua itu tidak bisa membuatmu bahagia karena yang bisa membuatmu bahagia adalah dirimu sendiri.

            Kamu bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Jika kamu merasa cukup, tidak pernah punya perasaan minder, selalu percaya diri, kamu tidak akan merasa sedih. Sesungguhnya pola pikirlah yang menentukan apakah kita bahagia atau tidak, bukan faktor luar.

            Bahagia atau tidaknya hidupmu bukan ditentukan oleh seberapa kaya dirimu, seberapa cantik istrimu, atau sesukses apa dirimu. Bahagia adalah pilihanmu sendiri.



Sumber : www.kolomayah.info.com

Friday, October 2, 2015

Template Frame PSD - wood frame

Thursday, October 1, 2015

KESABARAN

KESABARAN

Salah satu aspek dari Emotional Intelligence adalah kemampuan menghadapi masalah secara matang dan stabil emosinya. Di bawah ini salah satu contohnya.

Beberapa bulan yang lalu, saya melihat kejadian menarik di meja pemesanan kamar hotel Memphis. Saya belajar bagaimana menghadapi orang yang penuh emosi. Saat itu pukul 5 sore pegawai hotel sedang sibuk mendaftar tamu-tamu baru. Orang didepan saya memberikan namanya kepada pegawai di belakang meja dengan nada memerintah.

Pegawai tersebut berkata, “Ya, Tuan, kami sediakan satu kamar ‘single’ untuk anda.”
“singgle?” bentak orang itu, “saya memesan double.”

Pegawai tersebut berkata dengan sopan, “Coba saya periksa sebentar.” Ia menarik permintaan pesanan tamu dari arsip kemudian berkata, “Maaf, Tuan, Telegram anda menyebutkan single. Saya akan senang sekali menempatkan anda di kamar double, kalau memang ada. Tetapi semua kamar Double sudah penuh.”

Tamu yang berang itu berkata, “Saya tidak peduli apa bunyi kertas itu, saya mau kamar double.” Kemudian ia mulai bersikap “Anda tau siapa saya?” diikuti dengan “saya akan usahakan agar anda dipecat. Anda lihat nanti. Saya akan membuat anda dipecat.”

Dibawah serangan gencar, pegawai muda tersebut menyela, “Tuan, kami menyesal sekali, tetapi kami bertindak berdasarkan instruksi anda.”

Akhirnya sang tamu yang bener-bener marah itu berkata, “Saya tidak akan mau tinggal di kamar yang terbagus sekali pun di hotel ini, sekarang manajemennya bener-bener buruk,” dan ia pun keluar.

Saya menghampiri meja penerimaan sambil berpikir pegawai pasti marah setelah baru saja dimarahi habis-habisan. Sebaliknya, ia menyambut semua itu dengan sangat ramah.

“Selamat malam, Tuan, “salamnya seperti ketika ia sedang mengerjakan kegiatan rutin seperti biasanya dalam mengatur kamar untuk saya.

Saya berkata padanya, “Saya mengagumi cara anda mengendalikan diri tadi, Anda bener-bener sabar.”

“Ya, Tuan, “katanya, “Saya tidak dapat marah kepada orang seperti itu. Anda lihat, ia sebenernya bukan marah kepada saya. Saya Cuma korban pelampiasan kemarahannya. Orang yang malang tadi mungkin baru saja ribut dengan istrinya, atau bisnisnya mungkin sedang lesu, atau barangkali ia mersa rendah diri, dan ini pelung emasnya untuk melampiaskan kemarahannya.” Pegawai tadi menambahkan, “Pada dasarnya mungkin ia orang yang sangat baik. Kebanyakan orang begitu.”

Sambil melangkah menuju lift, saya mengulang-ngulang perkataanya, “Pada dasarnya ia mungkin orang yang sangat baik. Kebanyakan orang begitu.” Ingat dua kalimat itu kalau ada orang yang menyatakan perang kepada anda. Jangan membalas, cara untuk manang dalam situasi seperti ini adalah membiarkan orang tersebut melepaskan amrahnya dan kemudian lupakan.